Cerpen : Ayam Kampung & Ayam Kota Oleh : Welrin Rotua Simatupang

Cerpen :

            "Kukuruyuk .....kukuruyuk....kukuruyuk....", seru seekor ayam, sebuah pertanda hari baru akan dimulai, aktivitas baru dimulai. Disebuah tempat yang dekat dengan langit, berkumpulnya kelompok-kelompok ayam kampung yang tinggal dan hidup dalam kedamaian serta ketenangan, yang tidak berkuasa akan dirinya sendiri, yang tidak memandang jarak langit dengan tanah, peduli dengan kepekaan sayap-sayap yang menaburkan benih-benih angin kedamaian. Disatu sisi terdapat sekumpulan ayam yang berkuasa yang penuh dengan keragaman, yang penuh dengan kesukaran, penuh kekuatan dan kekerasan, untuk kesenangan diri sendiri dan kekuasaan sendiri.
            Bumi semakin kecil, langit semakin sempit, keadaan yang sedang terjadi secara perlahan-lahan, "haha..haha..ayam kota memang ayam yang berkuasa", seru ayam I,
 "betul-betul",jawab ayam II.
"jangan tertawa dan puas untuk sekarang",sambung ayam III,
 "apa maksud mu?", tantang ayam I,
"bukankah kamu tidak sadar dengan apa yang sedang terjadi, lihat dan perhatikan dengan baik-baik , langit-langit dunia kita semakin sempit, bumi kita semakin kecil. bumi kita tidak berputar lagi", penjelasan dari ayam III,
"apa maksud dari perkataanu itu",seru ayam II,
"pertanyaan yang bagus, kita semakin banyak dan beragam dan kita semakin besar, kita membutuhkan dunia baru untuk kita dapatkan sebagai tempat kita". jelas dari ayam I.
          Perdebatan semakin lama semakin serius, para ayam-ayam kota yang sebagai pemimpin merencanakan sebuah rencana untuk kepentingan mereka, untuk kesenangan mereka, mereka memikirkan dunia mereka sendiri. Ayam-ayam kota ingin menunjukkan kuasanya dan kehebatannya. Tujuan mereka adalah bumi yang berada dekat langit. Mereka menginginkan itu, mereka mengharapkan itu, ayam-ayam kota mengasah taji-taji mereka, dan memperkuat taji-taji mereka dengan segala racun bisa-bisa dunia mereka haus akan segala hal.
            Dibumi yang berada dikaki langit melakukan aktivitas dunia mereka, membangun dunia mereka dengan kepercayaan mereka, mereka tidak peduli keragaman da warna mereka, mereka peduli terhadap keserasian dan kesatuan. Mereka tidak ingin terusik dan terganggu dan mereka tidak menginginkan kehancuran perdamaian. Seiring dengan berjalannya harapan-harapan para ayam-ayam kampung tersebut, mereka sedang diserang oleh para ayam-ayam pemimpin dari kota, mereka menyerang dengan taji-taji mereka yang tajam dan diolesi segala racun bisa dunia. Mereka menginginkan bumi itu.
           Para ayam kampung tidak dapat berdiam diri, "ini adala bumi kita, ini adalah hidup kita, kita tidak menginginkan mereka, tapi mereka yang menginginkan kita, yang tidak kita akan serahkan dan berikan, mari kita bersumpah demi kemerdekaan dunia kita, yaitu sebuah kata HIDUP DAMAI".pidato dari ayam kampung I. nyawa mereka adala sebagai tiang dan dinding penahan hanya untuk mempersatukan kata, "hidup damai", mereka tidak menginginkan perubahan hidup yang telah diberikan Tuhan kepada mereka. Mereka tidak ingin mangkir dari kehidupan damai yang diberikan Tuhan kepada Mereka, karena mereka percaya.
          Bentrokan telang berlangsung, langit berubah warna menjadi merah, taji-taji mereka beradu,sayap-sayap mereka bertarung, paruh-paruh mereka menusuk-nusuk daging. Mereka berperang. Mereka berdarah, darah mengalir dibumi yang mengangah, dibumiu yang berbatuan, darah yang bermakna, darah yang menandakan isyarat, darah yang memberikan tanda, darah yang sangat berarti, darah yang memperjuangkan hak, hak untuk hidup, hak untuk merasakan bumi yang diberikan Tuhan, mereka ingin berperang untuk memperjuangkan Dunia mereka dan hak mereka. selamanya berperang, selamanya musuh, antara kejahantan dan kebaikan berperang dalam bumi yang terus menerus berputar. Menyatakan "kami punya hak, kami ingin hidup, selamanya akan berperang untuk kehidupan hak.



Oleh : Welrin Rotua Simatupang
Guru SDN 081225 Sibolga
Tahun : 2013


NB :  suatu saat akan ada yang mengubah dan menghentikan ini semua.

Comments

Total Pageviews

Popular Posts